Jumat, 04 Maret 2011

pasangan dan tanyaku


Teruntuk saudara-saudariku di bumi allah…………


Jatuh cinta. Pasangan. Pria. Wanita. Hubungan. Komitmen. Pacaran. Ta'aruf. Menikah. Keluarga. Suka. Ibadah. Niat. Amal.


Semuanya misteri.


***

Aku sedang berdiri menyusuri lantai rumah sakit ketika itu. Sesosok manusia berjalan menghampiriku. Wajah yang ku kenal.Tak ada yang aneh pada penampilannya, tapi yang membuatku terbelalak bukan itu. Dia datang membawa sebuah kabar yang tak biasa : si **w** dan ***m** punya pacar!

Sejujurnya, kabar ini sangat biasa kudengar di sekelilingku. Toh, apa anehnya seseorang punya pacar? biasa2 aja kan? Nothing special. Tapi ini tak biasa karena dia pelakunya. Dia yang ku kenal. Saudaraku. Bukan orang lain.

Begitu juga malam ini. Aku membuka facebook dan tiba2 terpampanglah sebuah foto dua orang saudaraku yang tengah berfoto berdua, bersebelahan, laki2 dan perempuan yang semuanya adalah makhluk yang satu spesies denganku. Aku tak dapat menahan impuls syaraf keterkejutanku sambil berteriak dalam hati "ada apa ini??? Kenapa mendadak semuanya begitu?"

Huuff..!!!!!

Fakta ini membuat ku berpikir banyak. Sebenarnya apa sih status pacaran? Halalkah? Mungkin, bisa jadi iya... kalau tidak, Kenapa mereka yang notabene selama ini lurus dan tak neko2 mendadak berubah pikiran?

Aku tak ingin medebat siapa2. Usia memang menjadi tantangan terberat saat ini. Saat puncak kematangan fisiologis berada dalam titik kulminasi. Saat ketertarikan mencengkram. Saat status mulai mendekati masa mandiri dan lepas dari orang tua, usia menjadi alasan yang tepat untuk mencari pasangan. Lah, kalo gak sekarang kan kapan lagi?? Jangan2 nanti ketuaan.. ntar gak ketemu jodoh lhooo…. (eh, bukannya jodoh itu udah ditentukan siapa n kapan bakal ketemunya ya? Gak tau ah, gelap!)

Apalagi kalau muncul kecemburuan sosial terhadap rekan2 yang sudah lebih dulu melakoni hubungan yang begitu. Kesannya, kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak?? ya gak sih??
Trus kita juga gak ngapa2in kok... jadi gak ada masalah kan???

Meskipun aku beranggapan begitu, rasanya logikaku tak bisa begitu saja diajak kompromi. Ada banyak tanya yang ingin aku lontarkan. Apa mencari pasangan harus selalu melewati fase pacaran? Atas dasar apa? pengenalankah? berapa lama? Apakah mungkin setelah pacaran akan mengenal sang calon pasangan lebih dekat sehingga keputusan untuk menikah bisa lebih mantap? Apa iya kalau pacaran itu dalam rangka mengenal sosok asli pasangan kita? bukan mengenal topeng2 yang mungkin memoles wajah2 kita agar terlihat tampil wah? Trus, apa iya semakin sering bersama akan makin lengket? bukannya semakin sering bersama akan timbul rasa bosan? jika kemudian rasa bosan itu hadir, apakah dia akan mencari orang lain untuk mengobati rasa bosan itu?

maaf ya.. agak sarkastis...
lidah ini mungkin tajam dan menggores. Af1.... gak ada niat apa2…..
Just wanna ask you all…………….

Kita ini sudah punya pasangan masing2 kan ya? Bukankah kita ini dulunya tercipta sepasang? itu artinya siapapun yang berjodoh dengan kita tentu akan cocok dengan kita karena pada dasarnya kita ini tercipta dari satu sanyawa. Lantas pacaran itu fungsinya apa? penjajakan untuk menemukan pasangan, atau sebaliknya mencari pasangan baru yang tepat?
aku tak mengerti.

Kalau memang begitulah cara yang aman, kenapa Rasulullah tak melakukannya? kenapa para sahabat tak menyinggung soal hubungan sebelum pernikahan? kenapa yang tercatat di lembar2 sejarah hanya soal keberanian Ali untuk melamar Fatimah dengan taruhan terima atau ditolak Rasulullah? Kenapa ali menghadap Rasulullah dan bukan mendekati Fatimah dahulu baru kemudian mendekati Rasulullah? Bukannya cara kedua lebih aman dari kemungkinan ditolak ya? tapi kenapa Ali tak melakukannya?

atau kasus pinangan Khadijah untuk Rasulullah? Kenapa Khadijah hanya mengirim Maisarah untuk menyelidiki Rasulullah dan bukannya turun langsung untuk mendekati Rasulullah? Bukankah beliau itu saudagar hebat, wanita tercantik dan akhlak mulia? Kenapa Khadijah malah langsung to the point mengajak Rasulullah menikah lewat pinangan pamannya padahal belum tentu Rasulullah menerima? Bukankah rawan untuk ditolak?

Kenapa kedua orang hebat diatas memilih mempertaruhkan harga diri dengan satu keputusan, dan Bukan menjalin pendekatan dulu, manjalani hubungan dan setelah merasa cocok baru menikah? Apa alasannya? Dan keanpa tidak memilih jalan yang jauh lebih save?

Apakah karena tak terpikirkan sebelumnya? Ataukah karena ada kehormatan lain yang lebih tinggi dari sekedar memilih jalan aman?
Benarkah pilihan ini? Halalkah ini?

Aku terpengkur menatap ubin lantai rumah sakit, mencoba meresapi alasan kenapa saudaraku satu per satu terbelit soal yang satu itu. Apakah mereka sudah menemukan jawab atas tanya2ku ini? Apakah mereka menemukan sumber dalil lain yang belum sempat aku ketahui? Aduh…. Maafkan kebodohanku saudara2ku….. aku memang tak tau apa2……..

Karena itu, tolong, jawab tanyaku saudara2ku.....
karena aku merasa risau dan bingung dalam ketidakmengertianku ini....
Aku takut, suudzonku akan jauh lebih besar dan aku akan kesulitan mencari alasan untuk berfikir bahwa kalian benar.......

Semoga Allah selalu memberi petunjuk kepada kita semua...
mengikat hati2 kita dengan aturanNya dan meneguhkan langkah2 kita....
amin.......

dari saudarimu yang selalu mendoakan kebaikan untukmu

cinta, benci dan prasangka

Tidak semua orang akan memahami apa yang kita maksud. Kita juga tidak punya ada hak kita sedikit pun untuk memaksa seseorang untuk memahami kenapa kita berbuat begitu. Seperti seorang ibu. adakalanya seorang anak akan marah dan protes ketika ibunya melarangnya bermain hujan atau main becek-becek tanpa sandal. Atau seorang remaja yang merasa marah dan terkekang ketika bapaknya tidak memperbolehkannya pulang malam2. Tentu saja sang anak akan marah, toh, orang tuanya sudah melanggar privasinya dan seakan tidak percaya padanya. Padahal sang anak sudah besar. sudah saatnya mandiri dan kritis. Tapi, kenapa sih mereka tidak mau mengerti??

Pernah gak nemu kejadian semacam di atas?
Kalo aku pernah. It’s real.

Aku pernah nangis2 sampai hampir 4 semester gara2 disuruh mamaku kuliah di fakultas kedokteran ini. Sudah bertahun2 berjalan, dan aku masih saja menyesali pilihanku. menganggap bodoh diriku yang dulu tidak mampu berontak. Tentu saja rasanya sedih dan berat. Coba bayangkan, kebebasanku dirampas. Pilihanku tidak dihargai. Padahal aku sudah dewasa. Sudah 17 tahun! Itu artinya aku seharusnya dipercaya untuk melakukan apapun yang aku suka, termasuk menentukan aku masuk mana. Ini masa depanku. Ini hidupku!!!! Dan seharusnya tidak ada yang boleh melarangku, termasuk orang tuaku sekalipun.

Aku adalah burung dalam sangkar emas. Sangkarnya cantik, tapi aku tak bebas.

Tahun2 pertama yang ku jalani rasanya seperti neraka. Aku tak bisa fokus, tak punya tujuan dan orientasi. Ya iyalah... aku dipaksa menjalani apa yang tidak aku suka tanpa bisa melawan. Aku sedih. AKU KESAL! AKU MARAH!!!! Rasanya iri dengan teman2ku yang bisa melakukan apapun sepuasnya. Meskipun orang2 menyayangkan sikapku, bilang aku kurang bersyukurlah... gak tau untung lah... dll, aku tetap saja bandel. Kalo dihitung2, air mataku kali satu galon ya… hehehe… Tapi, ya... se-menyesal-apapun aku, aku toh aku tak bisa berbuat apa2.... akhirnya aku cuma bisa pasrah deh.... T.T


Tapi, seperti kata pepatah, witing tresno, jalaran sako kulino. Cinta datang karena terbiasa. (karena aku bukan orang jawa, jadi kalo salah EYD-nya, tolong dikasih tau ya...^^). Begitulah... Lambat laun aku mulai terbiasa dengan jadwal-jadwal sibuk yang dulu tak ku kenal, terbiasa nge-date bareng sobotta n guyton, dua textbook yang gedenya sebesar bantal tiap kali dapet LI, juga terbiasa dengan jadwal2 sibuk tak jelas. Kalau dulu ke kampus tuh identik dengan "ya allah.... keknya aku perlu cari sesuatu buat ganjel mata d...", sekarang ada yang beda.... Rasanya lebih semangat buat nanya2 dikit. Soalnya, yah... dari pada ngantuk, gak ngerti juga, mendingan cari tau, minimal aku tau judul slidenya deh. Kalo sebelumnya, beww… paraaahhhh…….!!! Seringnya pas ditengah2 kuliah aku bingung, sebenernya dosen ni lagi ngomongin apa sih??? Udah aku gak ngerti, Gak minat lagi! Akibatnya, pulang kuliah gak tau deh, tadi judul slidenya apaan :) .

Karena gak minat kuliah, aku mulai melirik organisasi. Mulailah waktu2ku tergadai. Lumayan, kalo nilai ku kecil, aku jadi punya dalih sibuk organisasi, hehehe… tapi, efeknya aku jadi ketagihan. Banyak kenal orang2 baru, bertemu hal2 yang menyenangkan lainnya. It’s so fun babe!

Perubahan laennya adalah aku juga jadi semangat bisnis jualan pulsa. Ke kampus juga jadi sedikit lebih menyenangkan karena tiap hari nagih duit pulsa, hehehehe... serasa jadi juragan ! (kepada para customer-ku tersayang, terima kasih ya, karena sudah membuat hidupku lebih berwarna..:))

Akhirnya aku sampai pada satu kesimpulan, kuliah ku tak buruk2 amat. Tak semua hal yang kuanggap buruk itu tak enak. Adakalanya, kesulitan tadi justru bisa berubah jadi lebih menyenangkan :)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah SAW. bersabda:
“Cintailah sesuatu sekedarnya saja sebab bisa jadi suatu hari nanti dia akan menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah sesuatu sekadarnya saja sebab bisa jadi suatu hari nanti dia akan menjadi orang yang aku cintai”

(HR. Tirmidzi)

Sekarang aku sudah ko-ass. Dan baru kusadari, pilihan mamaku bertahun2 yang lalu itu tidak salah. Gara2 di FK inilah aku bisa ikut2 kalo ada kerja2 sosial. Lebih mengenal bagaimana caranya komunikasi, lebih peka dan peduli. Bisa mengenal islam lebih baik, juga bertemu saudara2 terbaikku sekarang ini. Semangat penuh. Rasanya pengen berbuat lebih untuk dunia dengan segala keterbatasan yang aku miliki. Dan semua ini mungkin takkan pernah aku rasakan jika aku tak menjejakkan kaki di sini. Di FK UNSRI-ku tercinta ini.

Oke, air mataku mungkin sudah tertumpah bergalon2, tapi, tak apa... toh, air mata bisa diproduksi lagi  there’s no regret. Aku juga tau, “pemaksaan” yang dilakukan mama-ku dulu bukan apa2. Hanya sebatas luapan cinta agar aku bisa lebih baik. Seperti obat, pahit sih... tapi menyembuhkan ^_^ Aku bersyukur dengan semuanya. Dengan paksaan mamaku, juga pilihan2 yang aku ambil.

“....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216)

***

Well, sekali lagi, kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengerti apa yang kita maksudkan. Seperti mamaku, terkadang tindakan kita yang bermaksud baik malah sebaliknya terinterpretasi sebagai tindakan buruk. Padahal mamaku tak bermaksud memaksakan hal2 aneh kan ya? Tapi, kalau dalam versi-ku, mamaku adalah tokoh antagonis. Hahaha... Maaf yo ma... banyak dikatoi ^_^

Tapi, biarlah, seperti sabarnya mamaku, seperti diamnya mamaku... biarlah waktu yang akan menguraikan maksud di balik tindakan2 kita. Mungkin cukup Allah saja yang mengerti maksud kita sekarang. Biarlah suatu saat tabir2 rahasia terbuka sendirinya. Semoga saja suatu saja orang2 yang kita sayangi, siapapun dia, menyadari makna dibalik semua tindakan kita. Bahwa yang kita inginkan hanya kebaikan untuknya, bukan mengharap imbalan apapun darinya, meski dengan resiko berat menjadi seseorang yang dibenci, tak masalah....

Tetaplah menyebar cinta saudara2ku, meski sekarang kau mungkin lelah dengan semua prasangka di hadapanmu. Biarlah Allah saja yang menilai semuanya. Semoga kesabaran kita berbuah pahala. Keep our heart in touch :)