Minggu, 22 November 2009

Dubia

menulis dan menganalisa
Hendak ke mana langkah ini akan ku bawa
Ke timur, atau ke baratkah?
menjadi indah dalam cangkangku,
atau mengamati dari angkasa dengan kepakku?

beragam pertanyaan bergelanyut, berdemonstrasi menuntut jawaban

siapa dirimu?
Hendak kemana langkahmu?
Apa tujuan hidupmu?
Kenapa harus berorganisasi? Bukankah wanita itu jihadnya di rumah, bukan di jalan?
Kenapa harus mengorbankan waktumu untuk satu kata : organisasi?
Tugas wanita untuk mendidik kan? lantas, kalau keluar rumah, siapa yang akan mengurus anakmu?
apakah tanggung jawab wanita hanya terbatas dalam rumah dan dakwah di luar adalah tanggung jawab suami?
Untuk apa sekolah tinggi kalau ujungnya hanya kembali ke rumah dan mendidik anak?
Buat apa belajar manajemen organisasi?
Apa yang kau cari dari organisasi?
Untuk siapa kau keluar rumah?
Apakah menjadi wanita shalihah berarti menjadi wanita rumahan yang pandai memasak, menyenangkan hati suami, mendidik anak dan TIDAK AKTIF DI LUAR RUMAH?
Kenapa mesti menjadi dokter?
kenapa harus menghabiskan waktu diluar rumah lebih sering?
Tidakkah kau ngin seperti anak-anak lain yang pulang kuliah lantas masuk rumah, istirahat dan mulai belajar membaca buku?
atau belajar membuat kue pada hari lbur, menjadi anak kebanggaan yang pandai memasak, atau mengurus rumah?
atau menjadi mereka yang telaten merawat diri, menjadi secantik bidadari?
atau menjadi manja dan lembut, pemalu dan menggemaskan, fotogenik, yang selalu dibantu dan dimaklumi?
Atau menjadi nrimo, welas asih, penyabar, penyayang, penurut, dan gak berani ngomong???
Terdiam menghadapi tantangan dan pasrah terhadap rintangan


Cuma satu kata menghiasi hemisferku: DUBIA. RAGU. Tak tahulah mana yang lebih baik

Tapi, Aku
Tak mau dan tak mampu
untuk menjadi mereka yang rata-rata
atau menjadi ombak yang diombang-ambingkan pantai
Barlah aku berbeda
karena kita memang tidak diciptakan sama
Aku adalah aku
Kau adalah dirimu

Hidup adalah pilihan
Dan aku memilih untuk memberi apa yang ku punya
Bertransaksi dengan Ar-Rahim
Meski akupun yakin pasti tak cukup
tapi Semoga saja Ar-Rahim mengikhlaskan kekurangan jiwaku ini
agar cukup untuk membayar syurgaNya....