Jumat, 18 Februari 2011

½ berisi, ½ kosong...

7 November 2010

Ini bukan lagi promosi buku y..... Soalnya saya juga belum pernah baca bukunya.... Tapi kalau ada yang punya bukunya dan mau minjemin gratis, gak papa.... Saya terima dengan ikhlassss......^^


Okeh, kembali ke jalan yang benar....

Rekan2, coba bayangkan, anda tengah menatap gelas yang terisi setengahnya. Saya pingin tahu, menurut anda, gelas itu setengah penuh atau setengah kosong?

Sebagian orang mungkin akan menganggap gelas itu setengah berisi, Sedangkan sisanya mungkin menganggap setengah kosong. Kenapa berbeda? karena menurut “golongan setengah berisi”, seharusnya gelas itu kosong, sedangkan “golongan setengah kosong” mungkin berasumsi bahwa seharusnya gelas itu berisi. (dalam hal ini kita mengabaikan fakta adanya orang2 yang hobi golput dan bersemedi diam2^^ Anggap saja kita semua berani berpendapat).


Lihat, kedua kelompok ini berada dalam posisi berlawanan. Satu kosong satu berisi. Tapi ajaibnya, kedua anggapan mereka benar dalam waktu bersamaan.


Anda pasti pernah melihat uang logam pecahan Rp.50,- kann?? Bagi yang pernah mengalami masa kecil di tahun 90-an, tentu tak asing dengan uang koin yang biasa dipakai buat jajan atau kerokan ini. Nah, jika disebutkan uang logam Rp.50,-, apa yang terbayang dalam benak anda? Lambang burung garuda kah? Atau angka Rp.50,-?

Kedua lambang ini tentu saja berbeda. Tapi, sama seperti kasus diatas, kedua fakta ini terbuki benar. Kedua lambang tadi identik dengan uang koin Rp. 50 meskipun yang satu berada pada sisi kebalikan yang satunya.

Ini menunjukkan bahwa dalam satu situasi bisa saja kedua pendapat yang berbeda pun adalah sama2 benar.
Ingat fakta ini baik2.

Karena terkadang ego kita terlalu dominan sehingga menganggap bahwa pendapat kitalah yang paling benar dan orang yang berbeda pendapat dengan kita pastilah melakukan kesalahan. Sebaliknya, ada orang2 yang takut untuk berpendapat yang agak sedikit berbeda dengan kebanyakan orang karena takut pendapatnya salah (Lha, gimana kita tahu bahwa pendapat kita salah kalau kita tak pernah menyatakan pendapat kita?)

Padahal, adakalanya perbedaan pendapat tercipta manakala kita memandang objek yang sama dari arah yang tidak sama.

Dan sekali lagi, keduanya bisa jadi sama2 benar.

So,kenapa takut untuk bicara? kenapa merasa takut untuk berbeda?

Berbeda bukan berarti salah. Malah bisa jadi artinya, kita bisa menemukan sisi lain dari sebuah topik yang mungkin saking brilian ide tadi sampai2 tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Dan anda hanya menyia2kan ide brilian itu jika anda hanya menyimpannya dalam hati lalu berkarat tanpa arti karena mulut anda terkunci rapi. Padahal mungkin saja jika ide tersebut dilontarkan, orang2 akan berpikir berbeda dan andapun bisa mengubah situasi menjadi lebih baik.

Seandainya pun kemungkinan terburuk terjadi, bahwa anda melakukan kesalahan, apa kemungkinan efek terburuk yang terjadi?

Calm babe, anda tidak akan dicap sebagai orang paling bodoh sedunia. Mungkin akan terjadi kegaduhan sebentar, tapi yakinlah, sebentar kemudian kegaduhan itu sirna dan orang2 tidak akan lagi fokus pada topik tersebut. Simpelnya, coba anda melihat dari kacamata orang lain : Apa yang aneh dari seseorang yang berpendapat kemudian pendapatnya tidak diterima? Apakah penting untuk ditindak lanjuti lebih jauh? So what gitu lho?

Sisi positif lainnya adalah anda tahu bahwa pendapat anda salah, jadi untuk seterusnya anda bisa memperbaikinya. Ini tidak memalukan. Akan lebih parah jika seandainya pendapat anda salah tanpa anda pernah mengetahui bahwa anda salah, bahkan mengajak orang untuk mengikuti cara pandang anda. Selamanya anda akan terjebak pada tindakan yang keliru. Is it true, right?!

Jadi, apa lagi yang membuatmu sungkan untuk bicara dan berpendapat?

BICARALAH, UNGKAPKAN ISI OTAKMU

---------0--- Be Unique ---0----------

“Diam itu emas, tapi bicara adalah berlian” (SBY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar