Jumat, 18 Februari 2011

sop buah, pelangi, dan secangkir susu cokelat hangat….

18 Januari 2011, 17:00


setiap harinya tentu kita berkomunikasi dengan orang lain. tentu saja dengan berbagai macam tujuan yang tersirat di balik kata2 kita. Hm... ngomong2 soal hubungan antar manusia ini, belakangan ini saya menyadari sesuatu hal. Bahwa sadar atau tidak, terlepas dari apapun masalahnya, bagaimanapun penyampaiannya dan apapun tujuan di belakangnya, komunikasi antar manusia ini hanya menuntut satu hal yang pasti : pengertian.

Apapun yang kita katakan pada orang lain, sebenarnya kita hanya menuntut mereka untuk mengerti apa yang ada di dalam pikiran kita dan memandang sesuatu persis seperti sudut pandang kita. iya kan?!

Karena itulah, ketika orang2 tidak memahami maksud kita atau bahka berbalik menentang kita, biasanya kita akan dengan siap memberikan "perlawanan", baik itu secara real maupun dengan perlawanan tersirat. Perlawanan real ini bisa saja dengan balik menantang si target, dari berusaha lobi baik2 sampe kalo perlu secara konfrontasi kek di tv2 ato keseharian di kampus, yakni dengan demo massal. Biasanya ini lebih banyak dilakukan oleh spesies laki2 ato mereka2 yang aktif bicara. Kalo misalnya yang nyali agak keder, perlawanan tadi gak sampe siru2 amat ya... paling kalo cewek biasanya sih... nangis, cemberut ato diem aja tapi di hati cenut2. Anehnya, kadang ada sampe pada tindakan yang menyakiti diri sendiri misalnya mogok makan bahkan sampe bunuh diri (Aduh, keknya rugi banget deh... yang salah siapa, yang korban siapa... Masih untung kalo orang yang dituju tau kalo mereka bersalah. Kalo enggak??)

Nah, ada yang menarik lagi. Selaen menuntut kesamaan pandangan di sebagian orang, kadang2 kita juga merasa perlu memodifikasi diri kita seperti orang laen. Istilah kerennya sih ya... sindrom "rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri" (hehehehe... dasar yang hobi miara rumput !!! :)) Kalo yang ditiru itu sisi positifnya sih gak papa.. ini yang jadi masalah, kalo semua2 nya ditiru, yang jelek2nya juga. apalagi kalo misalnya yang jadi sosok model itu adalah selebritis.

Saya kasih contoh ya... Saya tuh seriiingggg....banget merasa gemes ngeliat anak2 muda terutama cowok, yang celananya tu mirip vokalisnya Ungu. Bagi yang belum tau, celana yang saya maksud tuh ya sebenernya celana jeans biasa. Yang aneh adalah cara pake'nya. Jeans normal tadi yang biasanya dipake dipinggang, ini malah dipake sebatas pinggul aja, sementara ujungnya yang jadi kepanjangan digulung. Jadinya ya... rada kedodoran gitu. kek pengen hipster tapi dipaksa2. Padahal keknya yang pake juga rada risih megang2 ujung celana nya supaya gak melorot. Fren, kebayang gak sih apa jadinya kalo misalnya ujung celana tadi keinjek sepatu?

***OH MY GOD!!!!***

tolong d, jangan sampe pernah ketemu kasus kek begituan. dan bagi para pembaca tulisan ini, plisss... jangan membayangkan yang tidak2***

belum lagi dengan gaya baju artis yang kadang ada2 jipon (jilbab poni) ato jadi hobi ngikutin gaya idolanya bicara kek rada2 ng-english gimana... gitu...(meskipun kadang2 gak sesuai sama lingkungan)

semua keanehan diatas itu hanya terjadi karena satu hal : kita berusaha mengidentikkan diri kita dengan orang lain. entah dengan merubah orang lain seperti kita, ato sebaliknya, merubah diri kita menjadi seperti orang lain.

Sebenernya tidak ada yang salah dengan hal ini. boleh2 aja kok menjadi seperti orang lain. Tapi marilah kita berfikirlah bijak sebelum bertindak. Kalo yang kita contoh itu ok, misalnya pengen jadi timnas cem Irfan Bachdim, ato pengen jadi Presiden muda cem Obama, hm... itu bagus...tapi, Kalo yang rada aneh2, misal kek celana ungu tadi, plis... tolong dipikir ulang deh ya.... ini buat kebaikan kita bersama...

**** demi menjaga ketentraman dunia ****

Dan inget satu hal lagi, kita ini unik. Kita ini berbeda dari orang lain. Katakanlah kita mirip dengan orang lain, tapi pengalaman yang kita hadapi tidak sama. Itu tentu saja menghasilkan efek yang berbeda pada kepribadian kita.

Sebaliknya, dalam kasus pertama, ketika kita ingin merubah orang lain, maka ada hal lain yang mesti kita perhatikan. Bahwa kita memang berbeda, dan yang dituntut dalam sebuah hubungan adalah saling pengertian di antara kita. Berbeda bukan berarti kita tidak bisa menyatu dan bekerja sama. Sebaliknya, perbedaan yang ada kita gunakan untuk saling melengkapi, apalagi jika kita bersaudara dalam islam. Perbedaan yang ada haruslah kita balut dalam nuansa damai agar semuanya menjadi saling melengkapi. Karena perbedaan diciptakan bukan untuk membuat perpecahan. Sebaliknya, perbedaan yang ada ditujukan agar kita belajar mengenal diri kita sendiri dan orang lain dengan lebih baik lagi.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Q.S. Al Hujurat : 13)

kita coba belajar dari sop buah. Sop buah itu isinya bisa macam2, dari nangka , apel, alpukat, mangga dst (Slrruuuppp!! jadi ngiler nih....). Isinya macam2 kan? Tapi enak2 aja tuh... Apalagi kalo ada sirup n susunya... Wuih... Mantap!

Segitulah kalo rasa pengertian sudah tumbuh diantara kita. Perbedaan yang ada malah mengemas hubungan kita (entah itu dinas kek, persaudaraan kek, semuanya deh..) menjadi lebih harmonis. Apalagi dibalut nilai2 persaudaraan islam di dalamnya, misalnya saling mengingatkan kalo temennya ada yang salah, mendahulukan saudaranya ketimbang dirinya sendiri, berusaha memahami saudaranya dll. Siapa sih yang gak mau punya temen ato sodara kayak gitu?

Oke, mungkin saya sendiri sering menggelegak seperti air panas. Anda lembut selembut susu. Orang lain kata2nya manis seperti gula. Tentu saja saya berbeda dengan anda, dan akan sangat menyulitkan ketika saya harus menjadi selembut susu atau semanis gula. Tapi bukan berarti kita tidak bisa menyatu dan membuat hubungan yang hangat seperti segelas susu cokelat kan?

Atau misalnya anda suka merah, trus rekan anda hobi warna hijau, dan saya sendiri suka biru. So, tidak usah ribut memaksa orang lain menjadi suka merah seperti anda. Cukup pahami diri kita masing2 menyatulah menjadi warna2 secantik pelangi. indah bukan?!

Contoh real laennya nih, misalnya anda ini suka kerja lapangan, trus rekan anda lebih suka bikin rencana tapi gak bisa melakukannya dengan baik. Ada pula yang kerjanya cuma tukang kritik. Sebagian malah gak mau kerja tanpa disuruh. Nyebelin banget gak sih??

Tapi, dari pada sibuk ribut2 tapi kerjaan kita gak kelar2, Udah, jangan ribet2. Taruh temen anda yang suka mengonsep di bagian acara, yang tukang kritik di bagian monitoring dan evaluasi, trus yang mau kerjanya disuruh2 dulu jadikan bawahan anda. Beres kan?!

Memulai pengertian ini memang sulit rekan2. Tapi, harus ada yang memulai kan? dari pada sibuk menyuruh orang lain berubah, Kenapa kita tidak menjadikan diri kita tonggak pertama untuk memulai perubahan?

Belajar dari sop buah, menyatu menjadi warna warni secantik pelangi, lalu membuat hubungan yang manis dan hangat, sehangat susu cokelat

Siap mengubah dunia guys??!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar